Saya ingin berbagi Catatan Trading, yang berisi tips dan pengalaman dari perspektif saya pribadi sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia trading saham. Tujuan utama coretan ini sejatinya sebagai diary dan pengingat bagi saya pribadi pada masa mendatang. Saya sebelumnya banyak lupa hal penting karena tidak mencatatnya dengan baik. Selain itu, harapan saya semoga tulisan ini juga bermanfaat untuk orang lain. 

Kenapa catatan ini penting? Sebab, sebagaimana kata Livermore, tidak ada hal baru di pasar. Yang terjadi di pasar sekarang adalah yang pernah terjadi sebelumnya dan akan terjadi lagi besok. Dengan merekam peristiwa dan pengalaman yang pernah terjadi, saya berharap akan terus menjadi trader yang lebih baik ke depan.  

Catatan ini bersifat filosofis sekaligus teknis yang sederhana. Ia memang masih jauh dari sempurna. Materinya memang saya rencanakan untuk terus ditambah dan dibenahi secara gradual seiring hal-hal baru yang nanti ditemukan.

Masukan dari pembaca sangat diharapkan guna pengembangan dan perbaikan tulisan ini ke depan (silakan mengisi kolom komentar untuk hal tersebut). Saya juga mohon maaf apabila tulisan ini sistematikanya masih berantakan, serta terdapat redundansi kalimat dan banyak bagian yang sulit dipahami orang lain. Karena sekali lagi tujuan awalnya memang sebagai pengingat diri sendiri. Perbaikan ke depan secara berkesinambungan akan terus diupayakan. (Perhatikan keterangan pembaharuan terakhir di bagian bawah artikel.) Adapun soal pengulangan, maka terkadang itu memang diperlukan, baik sebagai pengingat maupun untuk kesesuaian topik. Namun demikian, saya berusaha untuk menyusun materi artikel ini berdasarkan skala prioritas mulai hal terpenting, lalu penting, dan seterusnya.

Sebelum masuk ke materi tulisan, perlu diperhatikan bahwa tidak semua contoh dan chart yang ada di tulisan ini berasal dari saham-saham anggota ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia), dan contoh tersebut hanyalah untuk keperluan pembelajaran, bukan rekomendasi jual atau beli.

Oke, saya mulai...



Hal Pertama dan Paling Utama untuk Diingat dan Dihindari: Jangan sampai NYANGKUT!
  • Satu kata yang merupakan musuh utama trader: NYANGKUT! Seorang trader harus selalu menanamkan mindset anti 'nyangkut'
  • Trader mengalami kerugian ganda ketika 'nyangkut': (1) modal yang tergerus dan (2) kehilangan potential profit untuk membeli saham yang sedang naik.  
  • Karena itu, memegang cash jauh lebih baik ketimbang beli saham tapi nyangkut! Ingat, cash ibarat darah bagi seorang trader.
  • Posisi hold dalam jangka waktu yang lebih panjang hanya diperkenankan dalam posisi untung, bukan rugi 
  • Penting untuk diingat bahwa ketika 'nyangkut' dan nilai saham semakin turun maka maka semakin kecil kemungkinan untuk balik modal dan semakin besar effort yang dibutuhkan untuk itu. Contoh ekstremnya, jika kita membeli BUMI pada tahun 2008 di harga 8.500, dan membiarkannya turun karena tidak berani cut loss, maka nilainya menjadi sekitar Rp300 pada bulan Maret 2014. Rugi 'hanya' 96%. Lalu berapa persen keuntungan yang dibutuhkan untuk balik modal? Jawabnya sekitar 2.733%, atau 28 kali lipat dari dibandingkan persentase kerugian. (Lebih detailnya silakan lihat tulisan sebelumnya di sini.) 
  • Selain itu, satu posisi yang nyangkut dapat merusak psikologi dalam melakukan trading terhadap seluruh portofolio.  
  • CUT YOUR LOSSES SHORT, AND LET YOUR PROFITS RUN! JANGAN PERNAH DIBALIK ATAU DIABAIKAN! Seorang mentor pernah menegaskan: Bila Anda tidak berani cut loss saat rugi 5%, Anda akan cut loss ketika rugi sudah mencapai 50%! Ucapan Emas ini setidaknya pernah saya rasakan namun dengan kerugian yang kurang dari itu.
  • Di sisi lain, Warren Buffett pernah membuat petuah emas dalam berinvestasi: "Janganlah (berusahalah tidak) kehilangan uangmu." Petuah ini sejatinya paradoks. Ia bisa diartikan jangan terlalu cepat dan sering melakukan cut loss atau bahkan jangan pernah cut loss (seperti yang umumnya dilakukan Buffett); tapi juga bisa bermakna jangan sampai 'nyangkut' sehingga uang yang hilang semakin banyak, karena tidak berani cut loss
  • Saat menjadi pembicara di sejumlah seminar, misalnya pada beberapa even dari Sekolah Pasar Modal (SPM), saya tegaskan bahwa hal terpenting pertama yang harus dilatih oleh seorang trader adalah latihan cut loss untuk menghindari 'nyangkut', jika keputusannya keliru. Itu bukan hal mudah, bahkan sulit. Tapi itulah penyelamat dari 'kekejaman' pasar. Ingatlah bahwa kegiatan trading itu layaknya bisnis yang dipercepat, baik dalam hal keuntungan maupun juga dalam hal kerugian. Membuat mitigasi risiko kerugian sebaik mungkin merupakan kunci utama untuk sukses di bisnis ini. 

Hal Kedua: Bila Rugi (Nyangkut), Segera Cari Jalan Keluar yang Relevan!
  • Penting untuk diulangi ucapan sebelumnya, posisi hold dalam jangka waktu yang lebih panjang hanya diperkenankan dalam posisi untung, bukan rugi.  
  • Bila rugi (nyangkut), segera keluar (exit, jual) setelah terpenuhinya alternatif kondisi berikut: 
    1. Dua candle di bawah support MA Intraday yang ditentukan (misalnya MA-20 atau MA-50 dari timeframe 15 menit, tergantung volatilitas); 
    2. Dua atau satu candle intraday/daily di bawah harga rata-rata hari pembelian tersebut (misalnya dengan timeframe 15 atau 30 menit, tergantung volatilitas) atau hari sebelumnya
    3. Lower low dari previous candle (daily) sebelumnya; 
    4. Penutupan hari tersebut di bawah MA-5 (daily); 
    5. Kerugian bersih mencapai lebih dari 5% (diskresi hingga 7% dan sejelek-jeleknya diupayakan tidak lebih dari dua digit (10%)); dan
    6. Hold telah mencapai 3 hari (diskresi 5 hari) kerja, dan selambat-lambatnya maksimal 10 hari kalender.      
  • Tidak ada alternatif exit lain selain dari yang disebutkan di atas
  • Semakin disegerakan exit tersebut, maka kerugian juga akan semakin kecil, namun di sisi lain semakin besar kemungkinan untuk terkecoh dengan pergerakan pasar yang temporer dan semu. Inilah paradoks yang harus diterima dan tak terelakkan! 

Hal Ketiga: Jangan Melawan Keinginan Market (Maker)!
  • Jadilah orang yang tahu diri dan rendah hati. Kita tidak akan menang melawan market (maker), yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan diri dengan keinginannya.  
  • Harapan bahwa market akan naik ketika ia justru sedang bergerak turun (atau "dipaksa" turun) hanyalah harapan semu yang "membunuh" trader
  • Teman saya pernah mengingatkan dengan agadium: "Trade what you see, not what you expected!" And see what you trade carefully.

Hal Keempat: Jangan 'Selingkuh' dari Aturan Trading Pribadi!
  • Hindari membuat diskresi dari aturan trading pribadi yang telah terbukti menguntungkan. Penyesalan atas kerugian akibat ketidakpatuhan akan lebih menyakitkan. 
  • Hindari memaksakan diri untuk masuk apabila aturan entry belum terpenuhi. Dan hindari pula untuk menunda exit atau cut loss, sedangkan aturannya sudah terpenuhi karena terperdaya oleh harapan, bukan fakta yang terlihat. 
  • Di antara aturan-aturan paling pokok bagi saya untuk tidak dilanggar adalah: Jangan membeli saham yang masih dalam kondisi jatuh, SEKALIPUN SANGAT MENARIK, DAN MESKIPUN TAMPAK TERKESAN ADA PIHAK YANG SEDANG MENGUMPULKAN DAN MENAHAN KEJATUHAN TERSEBUT! Entry hanya diperkenankan apabila saham tersebut mulai naik minimal lebih tinggi dari High hari sebelumnya dan/atau resisten kuat lainnya berdasarkan chart (misalnya MA) dengan volume yang memadai. Abaikan pula sinyal reversal yang masih belum memenuhi ketentuan di atas. Kalaupun "terpaksa" diskresi, maka pastikan chart secara intraday sudah mendukung, dan disertai dengan stoploss yang ketat. (Aturan-aturan trading lainnya yang lebih detail akan disebutkan di bawah.) 
  • Remember: Stay paranoid and trust no one but yourself (your trading plan and chart)  

Hal Kelima: Jangan Sombong dan Pamer!
  • Sombong dan pamer ketika mengalami keuntungan termasuk musuh yang harus dihindari. Keduanya menyebabkan kelengahan. Dan berdasarkan pengalaman pribadi, market segera menghukum dengan kerugian atas hal demikian. 
  • Adapun mengenai report hasil trading yang saya buat dan publikasikan di blog ini (link-nya di sini), maka itu tujuannya antara lain agar saya lebih berhati-hati, khususnya untuk tidak nyangkut, sekaligus lebih bersemangat dalam trading.


Tentang Market  
  • Seorang mentor saya pernah memberi pesan yang sangat penting: "Ingatlah, market akan 'selalu' ada untuk kita, tapi kita belum tentu mampu 'selalu' ada untuk market."   
  • Saya memandang market merupakan pertarungan antara kumpulan gajah, yaitu antara para Big Fund (dan juga Market Maker). Masing-masing fund umumnya memiliki saham-saham unggulan untuk kepentingannya (dijadikan sebagai alpha). Kejelian terhadap saham unggulan tersebut yang dipadukan dengan momentum yang tepat termasuk kunci utama untuk trading yang sukses. 
  • Market pada umumnya mengikuti hukum Inersia atau Kelembaman (Hukum I Newton), baik dalam kenaikan maupun penurunan.  
  • Apakah market bergerak dengan pattern tertentu atau bahkan memiliki holy grail? Sejatinya keyakinan saya berada di antara dua kutub: pendapat yang menyatakan bahwa market bergerak secara random, dan pendapat yang menyatakan bahwa market memiliki pattern dalam pergerakannya. Terdapat fakta historis yang tidak bisa disangkal bahwa memang sering dijumpai pattern tertentu dalam pergerakan market. Namun, saya juga tidak percaya ada yang mengetahui arah pergerakan market secara pasti  
  • Jadi tidak ada holy grail? Menurut Bill Williams, penggagas Profitunity Trading System, market memiliki holy grail, yaitu berupa rumus: "ikutilah keinginan market". Tapi apa keinginan market? Jawabnya, tidak ada yang tahu secara pasti
  • Karena itu, saya memandang merupakan upaya yang sia-sia untuk mencari rumus dan pola pergerakan market yang tidak ada cacatnya dan pasti untung.

Tentang Stock-Picking dan Watchlist 
  • Ketika market bergerak dalam tren naik yang kuat, pada umumnya yang perlu diperhatikan adalah saham Big Caps. Namun ketika market bergerak sideways atau sudah berada pada area resisten, maka perhatikan saham second and third liners. 
  • Saya pernah mendengar teori Gerbong Kereta dari kawan. Bayangkan kereta panjang sedang melewati pegunungan. Big caps adalah gerbong pertama, sedangkan second and third liners menempati urutan gerbong-gerbong selanjutnya. Ketika kereta mulai mendaki gunung maka gerbong pertama yang pertama kali naik. Saat laju kereta mulai melandai, maka gerbong berikutnya (baca: second liners) masih dalam tahap mendaki. Yang perlu diwaspadai adalah ketika gerbong belakang (baca: saham-saham gorengan) masih mendaki sedangkan gerbong pertama sudah dalam laju penurunan. Itu bisa jadi pertanda awal kejatuhan pasar. 
  • Jika terdapat saham yang sedang menjadi trending topic, maka pilihan utama diarahkan kepada saham tersebut, dan lebih baik memegang cash untuk persiapan trading dibandingkan dengan memegang selain saham tersebut. Ini sampai dipastikan euforianya selesai. Namun demikian, sebaiknya tidak seluruh dana dipersiapkan untuk fokus pada saham tersebut. Sebab tidak tertutup kemungkinan ada saham lain yang tak kalah menariknya. Diversifikasi terbatas adalah pilihan yang bijak. Jangan sampai saham yang sedang trending topic tersebut justru gagal naik sementara kita kehilangan opportunity profit dari saham lainnya.   
  • Sebagai bentuk usaha menjadi trader profesional, biasakan memiliki watchlist yang akan dibeli sebelum pembukaan market. Isinya sekitar 5 saham dan maksimal 10 saham, disertai dengan gambaran rencana entry. Ini dilakukan khususnya jika portofolio dengan kosong. 
  • Pemilihan saham juga dapat dilakukan dengan memperhatikan market yang sedang berjalan, misalnya tiap 30 menit atau 1 jam, misalnya dengan cara menjalankan fitur Explore pada Amibroker. Cara lainnya adalah dengan memperhatikan Running Trade per waktu tertentu (misalnya per jam) dan kemudian mengecek chart saham-saham yang sedang aktif ditransaksikan, terutama top values
  • Selain watchlist yang sifatnya harian, dapat dipertimbangkan untuk membuat watchlist yang sifatnya mingguan, atau bahkan bulanan. Misalnya berisi 20 saham. 
  • Jangan lupa untuk memperhatikan saham-saham yang turun secara ekstrem, terlebih apabila penurunannya tidak dibarengi dengan volume. Sebab ketika rebound, maka kemungkinan naiknya akan sangat cepat (pola pergerakan harganya akan seperti Cup and Handle). Ingat, jangan pernah tertarik untuk membeli saham ketika fase turun!  
  • Perhatikan pula saham yang mengalami false breakout dan kemudian jatuh cukup dalam, karena breakout selanjutnya seringkali valid.  

Tentang Sistem Trading
  • Saya yakin keputusan yang tepat pada tiap saat merupakan hal yang mustahil. Karena itu, selama sistem trading yang digunakan mampu memberikan cukup keuntungan maka ia layak dipertahankan. Permisalan dalam hal ini seperti halnya liga sepakbola. Terjadinya kekalahan merupakan hal yang tak terelakkan dan tidak penting. Namun acuannya adalah posisi klasemen di akhir musim. 
  • Dalam buku Technical Analysis for Mega Profit, Edianto Ong mengutip riset yang menyebutkan bahwa para trader profesional yang sukses 'hanya' punya 40% keputusan yang benar. Artinya, mereka justru lebih banyak salahnya, tapi pilihan yang benar mampu menutup kesalahan tersebut. 
  • Sebagai trader, saya tidak berusaha untuk memprediksi tren dan arah pergerakan market (menjadi trend predictor), tapi saya berusaha untuk mengikuti tren (menjadi trend follower). 
  • Sebagai trend follower, saya yakin bahwa saya (maupun orang lain) tidak punya kemampuan untuk memprediksi harga terendah (lowest) untuk pembelian, maupun harga tertinggi (highest) untuk penjualan. Justru saya anggap itulah yang  menyebabkan 'nyangkut' dan penjualan prematur yang gagal mengoptimalkan potential profit. Terkait dengan hal ini, saya tidak menganut model trading ala Contrarian (beli ketika terjadi panic selling atau ketika harga turun di bawah support).  
  • Saya juga pengikut ucapan Jobs: "Simplicity is the ultimate sophistication." 
  • Sebagai trend follower, saya memandang sistem trading itu seharusnya sederhana: BELI KETIKA SAHAM SEDANG DAN AKAN NAIK, SERTA JUAL KETIKA MULAI DAN AKAN TURUN. Masuk dan keluar ketika sinyal menyuruh demikian. Sinyalnya bagaimana? Ciri utama saham mau naik adalah apabila ia sudah berhasil breakout resisten. Sesimpel itu konsepnya. 
  • Bagaimana caranya? Sederhana. Konsep utama saya adalah dengan menggunakan dan mengombinasikan Simple Moving Average (MA) dengan berbagai multi-timeframe, baik untuk harian (daily) maupun intraday (1 jam, 30 menit, 15 menit, 10 menit, 5 menit, 1 menit dan bahkan 1 tick; cari yang paling sesuai dengan pergerakan saham yang diamati, dan yang paling banyak digunakan adalah 15 menit)
  • Semakin cepat dan tinggi volatilitas pergerakan saham maka timeframe yang digunakan juga semakin pendek (bahkan dengan periode intraday 1 menit atau 1 tick, bila diperlukan). Jadi, ini adalah sistem trading yang bersifat universal, berlaku untuk semua jenis saham, tanpa terkecuali. 
  • Semakin cepat dan tinggi volatilitas maka fokus perhatian juga harus semakin tinggi dan semakin cepat keputusan harus dibuat, baik untuk take profit maupun cut loss. Begitu ada sinyal buy, terlebih lagi sell, eksekusi harus segera dilakukan. Jangan sampai telat karena berpikir dan menimbang yang terlalu lama. Untuk saham jenis ini, harga rata-rata harian (avg. price) dapat dijadikan sebagai support/resistance dan juga trailing stop untuk profit taking. Segera jual/beli begitu ia jebol.
  • Untuk MA berikut pilihan warnanya, saya gunakan MA-5 (Red), MA-10 (Blue), MA-20 (Gold), MA-50 (Hijau), MA-100 (Grey) dan MA-200 (Pink).       
  • Selain itu, saya juga memandang perlu adanya fleksibilitas dalam trading plan. Realisasinya adalah dengan adanya alternatif lain, sehingga terdapat dua atau maksimal tiga skenario sistem trading plan. Ini untuk mencegah fleksibilitas dan diskresi yang kebablasan. Alternatif yang dapat dipilih untuk exit sebagaimana telah disebutkan sebelumnya di atas

Tentang Entry dan Exit   
  • Untuk entry, sebagaimana disebutkan di atas, peraturan saya sederhana: Saya hanya mau beli saham yang mau (dan sedang) naik. Apa indikasinya? Saya hanya entry ketika saham menembus ke atas (breakout) resisten. Biasanya untuk konfirmasi entry saya gabungkan antara breakout MA periode intraday (misalnya 15 menit, tergantung volatilitas) dan posisi terakhir daily candle yang sudah melewati High dari candle sebelumnya. Kadang saya juga gunakan resisten lainnya, seperti trendline, puncak dari swing sebelumnya, dan lain-lain (tergantung kondisi). Tentunya volume transaksi juga merupakan hal yang paling penting untuk dipertimbangkan    
  • Intinya, saya penganut breakout untuk entry. Sebaliknya pun demikian untuk exit (jebol support). Ingat sekali lagi, jangan pernah tertarik untuk membeli saham ketika turun! 
  • Untuk breakout MA periode intraday, saya persyaratkan minimal terdapat dua intraday candle yang bertahan di atas resisten MA (yang telah berubah menjadi support)
  • Selain breakout, yang sangat penting untuk diperhatikan sebagai konfirmasi entry adalah
    1. volume yang cukup besar (misalnya telah melebihi rerata 20 harinya dan juga idealnya meningkat dibandingkan sebelumnya, jangan entry pada breakout dengan volume yang kecil); 
    2. perbandingan Buy Up terhadap Sell Down
    3. broker transactions, antara pembeli dan penjual; 
    4. TA lainnya (seperti pattern, fibonacci retracements, Elliot Wave yang sederhana, dan seterusnya.)
    5. FA, misalnya terkait berita dan kinerja perusahaan. Yang paling mudah adalah dengan mengecek konsensus TP fundamental. 
    6. Faktor eksternal: nilai tukar IDR-USD, harga komoditas, sentimen bursa global/regional, dan lain sebagainya yang sedang relevan dengan kondisi pasar. (Tak dipungkiri bahwa beberapa hal di atas kadang justru menjadi sekadar noise dalam pengambilan keputusan.)
  • Untuk exit peraturannya lebih simpel, dan terkait dengan pergerakan harga, yaitu bila harga breakdown. Volume umumnya diabaikan, kecuali untuk diskresi apabila dalam posisi untung. Adapun jika dalam posisi rugi atau untuk cut loss, maka volume dapat diabaikan.  
  • Jangan tergesa-gesa untuk entry maupun exit (termasuk cut loss). Lebih baik terlambat tapi sinyal telah terkonfirmasi dibandingkan tergesa-gesa, yang justru mengakibatkan kerugian dan penyesalan karena tidak disiplin dalam mengikuti sistem trading. Hal ini mungkin menyebabkan potensi profit berkurang dan kerugian bertambah besar pada momentum tersebut, tapi karakter disiplin akan mendatangkan keuntungan untuk jangka panjang. Ingat sekali lagi, bahwa tidak ada seorang trader pun yang dapat mengetahui secara pasti titik terendah dan tertinggi dari pergerakan harga. 
  • Pembelian di awal reversal sebaiknya dilakukan menjelang penutupan (di atas jam 3 sore) atau lebih baik lagi sesegera mungkin setelah volume dipastikan telah terbentuk dan/atau mengalami kenaikan yang signifikan 
  • Jangan pula ragu, meski jangan terburu-buru. Khususnya untuk saham dengan second and third liners. Keraguan seringkali menyebabkan entry pada harga yang naik terlalu tinggi. Perhatikan bagaimana pasar memakan offer dalam jumlah besar pada resisten tertentu sebagai momentum untuk SEGERA ikut masuk. Semakin lambat entry seringkali menyebabkan risiko semakin tinggi.
  • Intinya, secara umum entry harus didasarkan pertimbangan yang matang dan lebih komprehensif. Yang penting selamat, meski sedikit terlambat. Namun demikian ada juga entry yang sifatnya shoot first think later, khususnya saham yang bergerak dengan volatilitas sangat tinggi. Jenis kedua ini perlu kewaspadaan dan pengawasan yang lebih ketat!     
  • Jangan pedulikan kenaikan harga yang sudah demikian tinggi serta potensi profit terlewatkan yang sudah dinikmati oleh orang lain. Yang terpenting, saham tersebut masih berpontensi memberi keuntungan. Tidak ada bedanya beli ketika harga sudah naik tinggi atau ketika harga di bawah selama aturan exit-nya jelas, dan jangan pernah iri dengan keuntungan orang lain. Untuk saham yang telah naik tinggi tersebut, disiplin cut loss harus lebih diterapkan. Sebab kalau tidak maka terjadilah 'nyangkut' di 'ketinggian' seperti bendera. 
  • Untuk saham dengan nilai transaksi tidak tinggi (second and third liners), kenaikan sudah yang tinggi justru dapat berarti potensi kenaikan untuk bergerak lebih tinggi lagi. Ketika secara psikologi trader biasa tidak berani masuk maka kemungkinan hanya pemilik dana besar yang berani masuk sekalipun dengan mark up harga. Kemungkinan mereka juga memiliki informasi tambahan yang belum diketahui publik untuk hal tersebut. 
  • Untuk saham yang sudah jatuh cukup dalam dan curam, ketika awal rebound biasanya volatilitasnya mengalami lonjakan luar biasa. Kemungkinan itu akibat panic selling dari pihak yang sudah lama 'nyangkut', yang melawan pihak yang sedang panic buying. Jangan terpancing untuk tergesa-gesa melakukan exit atau cut loss, apalagi jika modal pembelian berada pada harga bawah. Dalam hal ini, daily average price dapat dijadikan acuan untuk masuk/keluar, apabila volumenya sudah memadai. Khususnya untuk saham second and third liner, trading cepat adalah pilihan yang paling cocok. Sekali lagi, jangan ragu dan terlambat untuk masuk/keluar apabila sinyalnya telah terkonfirmasi. 
  • Pembeli dalam jumlah besar kadang tidak secara terus-menerus menarik harga. Setalah pembelian awal jumlah besar dirasa cukup, ia akan mengakumulasi secara lebih perlahan yang ditandai dengan harga terkoreksi. Momentum ini dapat digunakan untuk entry, setelah harganya mulai stabil di area tertentu dan menunjukkan kenaikan        

Tentang Trading pada Saham IPO    
  • Jangan tergesa-gesa melakukan pembelian untuk trading pada hari perdana saham IPO. Pembelian paling cepat dapat dilakukan setelah pukul 10 pagi, atau menjelang penutupan. Biasanya saham IPO (misalnya WSBP, dll.) mengalami gap up sangat tinggi pada saat Open, namun tak lama kemudian mengalami penurunan. 
  • Pembelian juga dapat dilakukan pada pagi hari setelah penutupan mengalami AR Kanan atau ditutup pada level tertingginya. 

  • Contoh WTON di atas: dibuka pada harga 780, lalu naik sampai harga 885 kemudian turun mencapai 695 dan ditutup merah. 

  • Contoh PPRO di atas: pembukaan di harga atas, sempat naik, tapi kemudian terjun bebas ke bawah dan hampir setahun kemudian barulah ia naik sekitar 5x lipat.

Tentang Trading pada Saham "Zombie" dan Satu Grup   
  • Tentang saham "Zombie", yakni saham gocap (Rp50) yang mengalami hibernasi/tidur cukup panjang, maka dapat dipertimbangkan untuk trading padanya apabila pada hari itu atau sebelumnya terdapat pembelian dengan value/volume yang sangat tinggi. 
  • Selain itu, kemungkinan entry-nya adalah pada pagi hari selanjutnya setelah penutupan mengalami AR Kanan; atau, pembelian dilakukan sesegera mungkin setelah menembus (breakout) resisten terdekat. Sekali lagi, apabila terlambat maka lebih baik menunggu konfirmasi ketimbang malah rugi.  
  • Adapun saham-saham pada grup yang sama (Ciputra, Lippo, Bakrie, dst) dan/atau sektor yang sama (Properti, dst), maka dapat diperhatikan dan dapat dilakukan entry apabila sudah terkonfirmasi adanya tanda kenaikan akibat pergerakan saham lainnya yang segrup, dengan tetap memperhatikan strategi trading yang digunakan. 

Tentang Psikolog 
  • Unsur psikologi berperan sangat krusial dalam keberhasilan trading 
  • Seorang mentor pernah menyarankan: Jangan trading bila kondisi psikologi sedang tidak bagus, baik karena masalah eksternal atau karena kegagalan trading sebelumnya
  • Trading yang baik itu adalah yang tidak banyak melibatkan unsur emosi, bahkan cenderung mirip dengan robot. Masuk ketika sinyal menyuruh masuk, dan begitu pula dengan keluar. Faktor psikologi yang baik terwujudkan dalam disiplin dengan rencana dan sistem trading yang sudah dipersiapkan. 
  • Jangan jadi trader yang baper (emosional) dan jangan salahkan siapapun kecuali diri sendiri. Bertanggungjawablah dengan keputusan yang diambil dan maafkanlah kesalahan pribadi. Jangan antipati dengan saham yang mendatangkan kerugian, karena mungkin nanti ia akan membawa keuntungan. Fokuslah pada keuntungan, dari mana pun sumbernya
  • Kadang "DENDAM" dalam arti positif itu diperlukan, yakni semangat dan keinginan untuk meraih keuntungan dari saham yang sebelumnya merugikan. Bagaimana pun juga sekali lagi fokusnya adalah keuntungan, bukan "balas dendam". Memang sangat nikmat apabila keduanya bisa digabungkan. Tapi, jika memilih, pilihlah untung besar dari saham yang lain, ketimbang balas dendam pada saham yang sama tapi untungnya kecil. 
  • Trading adalah seni mengharmonisasikan antara ketenangan dan kecepatan, strategi dan intuisi (sedikit saja, bahkan kalau perlu jadilah "robot" tanpa intuisi, sebagaimana di atas), serta ketakutan dan ketamakan. Perlu kondisi psikologi yang baik untuk mengharmonisasikan semua itu. 
  • Sangat penting untuk tidak membiarkan ketamakan dan ketakutan menguasai seorang trader. Perasaan superior dan tak terkalahkan (akibat kemenangan beruntun) seringkali menimbulkan ketamakan, yang selanjutnya menyebabkan ketergesaan dan kehilangan pandangan yang jernih sehingga menyebabkan keputusan salah yang merugikan. Sebaliknya, ketakutan dan perasaan inferior (akibat kesalahan beruntun) menyebabkan kehilangan kesempatan untuk meraih keuntungan dan menutup kerugian. Ingat, jangan sampai hanya merasakan fase pahitnya penurunan dan kerugian, tapi justru melewatkan fase manisnya kenaikan serta keuntungan!
  • Bahkan trader legendaris seperti Jesse Livermore pun kadang tidak mampu mengendalikan faktor psikologinya dengan baik, yang menyebabkan ia akhirnya bangkrut dan bunuh diri. Ia sendiri pernah mengklaim bahwa kerugian yang terjadi adalah akibat ketidakpatuhannya pada aturan dan rencana trading yang telah dipersiapkan. Meskipun demikian menurut Livermore hal tersebut memang tak terhindarkan kecuali ada orang yang mampu trading tanpa emosi sama sekali. 

Tentang Target  
  • Saya memilih tidak memasang target dengan nominal atau persentase tertentu, karena saya bukanlah pengendali pasar. Saya hanya mengikuti sistem trading yang sudah dipersiapkan dan nrimo terhadap apapun hasilnya. 
  • Meskipun demikian, seorang mentor saya pernah berkata: "Profit taking is not a sin." Jadi, bila profit dirasa cukup, maka silakan profit taking (bisa dipadukan dengan teknik "Pasti Untung" sebagaimana di bawah). Istilah lainnya: YPC, yang penting cuan. Hehe.     
  • Saya lebih memilih perumpamaan trading itu layaknya perlombaan kura-kura versus kelinci. Bersabarlah, karena kesabaran akan mengalahkan kecepatan. Kesabaran tersebut saya refleksikan dengan acuan target keberhasilan trading yang sederhana, yaitu mengalahkan inflasi dari waktu ke waktu. Cukup itu
  • Terdapat beberapa momentum yang perlu diingat, bahwa saham tertentu bisa memiliki kenaikan yang sangat signifikan, seperti INDY pada bulan Maret - Mei 2016 mengalami kenaikan sekitar 7 kali lipat (yang dibarengi dengan volume yang sangat memadai untuk trading, perhatikan bila nanti ada lagi kejadian yang serupa). Begitu pula dengan SRIL yang melonjak hampir 4 kali lipat dalam kurun Maret - Agustus 2015, SIAP yang juga naik sekitar 4 kali lipat pada bulan Oktober - Desember 2014. Untuk saham-saham semacam ini, memasang target tertentu hanya akan menghilangkan potensi profit yang dapat diraup.   

Tentang Money Management dan "Kutu Loncat" 
  • Saya percaya bahwa money management yang baik itu termasuk elemen penting yang mendukung keberhasilan trading. Ia berkaitan dengan psikologi trading dan juga adagium: risiko berbanding lurus dengan keuntungan.   
  • Untuk mitigasi risiko, saya memilih trading tanpa margin (selain hal tersebut memang tidak diperkenankan secara syariah)
  • Maksimal kerugian yang masih saya tolerir secara umum adalah 5 persen per entry (di samping stop loss berdasarkan sistem trading). Dan maksimal pembelian suatu saham adalah juga sebanyak 5 persen dari rerata total transaksi 20 hari saham tersebut. 
  • Saya percaya diversifikasi apabila dilakukan dengan tepat akan menurunkan risiko kerugian. Namun potensi keuntungan juga menurun. Karena itu, sebagai jalan tengah, saya hanya membeli maksimal 3 - 5 saham saja, agar pengawasan intensif juga lebih mudah dilakukan. Namun, jangan pula membelanjakan seluruh modal untuk 1 saham saja. Membeli 2 - 3 saham adalah wujud rendah hati terhadap potensi kesalahan (kecuali untuk saham yang hampir bisa dipastikan naik, maka seluruh dana dapat difokuskan ke sana, dengan diskresi pribadi).
  • Portofolio saham yang terbatas seharusnya berkonsekuensi pada perpindahan saham secara lebih aktif, dari satu saham ke yang lain, guna optimalisasi keuntungan. Logisnya demikian. Saya pernah mendapatkan keuntungan yang signifikan karena aksi pindah "gerbong" ini, dengan cut loss < 4% dan untung > 40%. Meskipun saya juga pernah punya pengalaman yang cukup mengecewakan sebagai "kutu loncat" yang pindah "gerbong", yaitu ketika saham yang ditinggalkan malah naik signfikan, dan sebaliknya saham yang dibeli malah turun atau tidak bergerak. Intinya, perpindahan tersebut tidak dianjurkan kecuali ke saham yang hampir bisa dipastikan naik. Dalam kondisi demikian, maka jangan ragu untuk pindah.  

Tentang Dana Tunai (Cash)  
  • Jangan "gatal" memegang cash (tidak trading), terlebih bila kondisinya memang tidak memungkinkan. Ingat, lebih baik pegang cash ketimbang rugi. Jangan biarkan tabungan keuntungan terbuang percuma karena keisengan dan keputusan yang tidak matang
  • Dalam kondisi market terpuruk, cash is the king! 
  • Bahkan, hanya trader pemegang cash yang tidak akan mengalami kekalahan. Hehe.

Tentang Keraguan dan Jurus "Pasti Untung"  
  • Dalam kondisi yang meragukan, (misalnya antara berpegang dengan sistem trading atau melakukan disreksi, tetap pada suatu saham atau berpindah ke saham lainnya, dan lain sebagainya) menggunakan jurus "Pasti Untung" adalah pilihan yang bijaksana, yaitu dengan menjual/membeli sebagian saham. Sehingga ketika keputusan yang diambil ternyata salah, maka kita bisa bilang: "Untung hanya jual/beli sebagian," dan bila ternyata benar: "Untung sudah jual/beli sebagian." 
  • Jurus ini membuat unsur fun dalam trading tetap terjaga dan termasuk strategi psikologis.

Tentang TA (Technical Analysis) 
  • Saya percaya bahwa untuk mendapatkan hasil trading yang baik tidak butuh kepada TA yang rumit. Saya tak percaya dengan holy grail, bahkan TA yang rumit pun punya potensi kesalahan seperti halnya yang sederhana. Jadi, kenapa repot pilih yang rumit?  
  • Saya lebih mengutamakan indikator sederhana yang berkaitan langsung dengan pergerakan harga (misalnya MA), dibandingkan indikator turunan yang lebih kompleks. (Namun untuk keperluan pekerjaan atau mengajar, saya kadang merasa perlu untuk mempelajari indikator turunan tersebut.) 
  • Materi TA yang perlu dipelajari (ke depan saya berencana membuat tulisan ringkas dan sederhana yang lebih menjelaskan poin-poin di bawah):
    • MA (Moving Average), indikator yang sangat sederhana namun menurut saya sangat adidaya. Khususnya bagi trend follower. Pernah mendengar ada analis teknikal yang menyatakan sinyal MA terlambat? Abaikan saja ucapan yang bersangkutan. Kemungkinan ia adalah seorang trend predictor, dan saya yakin prediksinya juga sering meleset kok, hehe.  
    • Chart patterns, khususnya pattern dasar yang sering muncul dan punya probabilitas benar cukup besar, seperti: cangkul, halilintar, tangga, mangkok, dan seterusnya. (Beberapa istilah di atas saya ambil dari beberapa senior trader.) 
    • Fibonacci Retracements, untuk memperkirakan target dan level koreksi. 
    • Candlesticks
    • Profitunity, khususnya untuk sinyal Wiseman 1 dan 3. Saya mengabaikan sisanya.
    • Elliot Wave, untuk level teratas. Meskipun baru belajar konsep dasarnya yang sederhana, tapi saya kira Elliot Wave kurang cocok untuk dipakai trading jangka pendek. Ia cocok untuk profesi Analis Teknikal atau bila dipadankan dengan FA. 

Tentang Bid dan Offer 
  • Saya percaya kekuatan pembeli dan penjual pertama kali tercermin dari bagaimana transaksi yang terjadi pada Bid dan Offer sebelum kemudian terefleksikan dalam chart harga. Karena itu, pengetahuan terhadap karakter Bid dan Offer sangat membantu keberhasilan trading.  
  • Dengan memperhatikan pola transaksi pada Bid dan Offer dapat diprediksi kekuatan akumulasi dan distribusi yang terjadi pada suatu saham
  • Kadang harga saham terkerek naik meskipun Bid jauh lebih tipis (namun umumnya teratur) dibandingkan Offer. Ini menandakan tipe pembeli yang sangat agresif sehingga mereka tidak merasa perlu untuk mengantri pembelian. Hal yang sebaliknya juga berlaku sama untuk penjualan. 
  • Tipe tersebut kadang merasa tidak suka apabila diikuti oleh pembeli lain yang mengantri pembelian dalam jumlah besar. Akibatnya, mereka lalu menghentikan pembelian, yang menyebabkan harga kembali turun karena tidak ada perlawanan terhadap tekanan jual. 
  • Di sisi lain, Bid-Offer yang mulai tersusun rapi terkadang merupakan tanda pergerakan harga mulai stabil. Proses entry sebaiknya dilakukan ketika hal tersebut terealisasi.  

Tentang Pembeli Besar Tipe Pengumpul 
  • Biasanya sejumlah saham tertentu memiliki pembeli besar tipe pengumpul, yang mereka membeli saham tersebut ketika harganya sudah turun mencapai kisaran tertentu (umumnya kisaran ini terefleksikan menjadi support kuat). Mereka umumnya memiliki tim ahli yang jago mengalkulasikan nilai saham kapan dianggap murah sehingga mereka mulai mengumpulkannya. 
  • Ketika saham yang mereka beli dirasa cukup maka mereka mulai melakukan pembelian secara lebih agresif yang menyebabkan harga mulai terkerek naik. Inilah momentum yang tepat untuk ikut membeli saham tersebut. Agresivitas tersebut juga kemudian mengundang para trader dan pembeli lain untuk ikut membeli. 

Tentang Trading for Living
  • Saya kurang percaya dengan trading for living. Itu mengganggu sisi psikologi dalam trading, yang menyebabkan keputusan yang salah dan diskresi yang kebablasan.  
  • Saya berpendapat bahwa hasil trading akan lebih baik apabila main income berasal dari sumber lain yang lebih pasti, baik gaji maupun bisnis.
  • Meski bukan trading for living, saya berusaha untuk seolah-olah demikian agar trading dilakukan dengan kesungguhan dan keseriusan. 

Tentang Beberapa Quote dan Aturan Trading dari Livermore
  • Tidak ada yang baru di pasar. Yang terjadi sekarang adalah pernah terjadi sebelumnya dan akan terjadi lagi besok. Tak ada yang baru!  
  • Masuklah pasar hanya saat pasar trending, jika bullish maka harus buy, dan jika bearish maka sell. Jangan masuk ketika pasar sideways atau arah tren tidak jelas.
  • Tunggu konfirmasi secara teknikal (maupun fundamental) sebelum benar-benar melakukan buy atau sell. Selalu gunakan stop loss (untuk memitigasi risiko) dan exit hanya bila tren berbalik arah (reverse). [Poin ini mungkin cukup menjelaskan salah satu sebab Livermore untung besar, karena ia juga berani dengan risiko yang besar dengan exit point yang cukup jauh dari modal pembelian.]
  • Saat bullish, masuklah ke saham-saham yang sangat kuat. Dan saat bearish masuklah ke saham-saham yang paling lemah. Hindari saham yang ragu-ragu atau ambigous
  • Jangan pernah menggunakan teknik averaging down pada posisi sedang merugi.   

Tentang "Bandarmologi"
  • Ketika menjadi pemateri di Sekolah Pasar Modal (SPM), saya sempat ditanya oleh peserta tentang "Bandarmologi". Saya jawab, sekiranya pun "Bandarmologi" itu ada, maka saya tidak terlalu tertarik untuk mendalaminya. Saya anggap manfaatnya kurang signifikan, setidaknya bagi saya. Lagipula ia dapat tersubstitusikan oleh TA (Technical Analysis) dan FA (Fundamental Analysis).  
  • Sekiranya ada Market Maker yang sedang melakukan mark up, maka chart atau TA akan merefleksikan hal tersebut. Dan sekiranya diasumsikan bahwa hanya saham-saham berkualitas bagus yang dikoleksi oleh Market Maker, maka seharusnya hal tersebut terefleksikan oleh FA
  • Jadi, bagi saya TA dan FA cukup untuk dijadikan pengganti "Bandarmologi", apalagi penjelasan pihak-pihak yang mengangkat tema tersebut masih patut diragukan validitasnya. Khususnya untuk yang cuma modal ngecap tanpa dibarengi tools dan indikator yang relevan. (Oia, saya dulu pernah ikut workshop model ngecap tersebut dan kemudian kapok. Tapi, saya punya seorang teman yang mengembangkan indikator spesial untuk mengukur kekuatan akumulasi dan distribusi pada saham/market berdasarkan data-data transaksi Running Trade, bukan berdasarkan semata OHLC+V. Jadi, ia bukan cuma ngecap tapi memang memiliki dasar kuantiatif. Saya pribadi merekomendasi indikator tersebut, dan pernah menggunakannya.)  
  • Saya juga tidak percaya terhadap adanya seorang atau sekelompok orang yang terlalu sakti sehingga mampu memaksakan kehendaknya terhadap pasar terus-menerus. 


Contoh Bentuk Chart yang Penting untuk Diperhatikan

  • BCIP: Perhatikan saham breakout yang membentuk Bullish Engulfing disertai peningkatan volume yang memadai setelah jatuh cukup dalam. Selanjutnya, kadang terjadi pengecohan atau karena masih ada minat jual yang tinggi. Jangan ragu untuk segera jual ketika breakdown. Setelah itu, breakout kedua sangat berpotensi valid.
  • ADRO: Breakout terhadap Fractal setelah konsolidasi (perhatikan juga peningkatan volume yang terjadi).
  • ELSA: Breakout setelah konsolidasi dan koreksi pada strong uptrend (perhatikan volume).
  • INAF: Penting untuk diingat pola pergerakan saham strong uptrend seperti INAF tersebut. Bahkan, harganya naik dari 200 ke 1400 (+600%)! Alternatif entry point-nya pada breakout Fractal setelah konsolidasi atau koreksi (perhatikan pula kenaikan volume pada saat breakout candle atau sebelumnya)

  • GTBO: Penting untuk diingat bagaimana kenaikan saham bisa demikian fantastis.  GTBO naik dari 70an ke 7300 (atau lebih dari 10.000%). Lihat bagaimana dalam strong uptrend tersebut tidak terjadi penutupan di bawah MA-20.

  • PGAS: Breakout kedua (breakout yang valid dengan peningkatan volume) setelah false breakout (dengan penurunan volume dibandingkan hari sebelumnya) pada kondisi reversal.

  • BUMI (intraday chart 5 menit; sebagai pelajaran, bukan rekomendasi beli): Breakout (akhirnya) breakout pada tanggal 10 Juni 2016, setelah mengalami tidur panjang dan didahului oleh peningkatan volume transaksi secara sangat signifikan. Posisi Bid-Offer pada hari tersebut sangat tebal, mulai dari Sesi Pagi hingga Penutupan. Cek pula keterangan Bid-Offer-nya di bawah. 


Contoh Posisi Bid-Offer yang Penting untuk Diperhatikan
  • JSMR: Di bawah ini posisi Bid-Offer tanggal 8 Juni 2016. Cukup tipis. Padahal dua hari sebelumnya (tanggal 6 Juni), posisi Bid-Offer mencapai ribuan, bahkan belasan ribu, dan JSMR naik +3% (breakout) dengan penutupan pada harga 5525, dan kemudian pada tanggal 7 Juni mengalami sedikit penurunan tanpa volume yang berarti. Apa yang kira-kira akan dilakukan big fund dan bagaimana efeknya terhadap harga? Ternyata harga JSMR kemudian jatuh beberapa hari berturut-turut. Pada tanggal 10 Juni 2016, penutupan harga JSMR di 5275 (turun 4% dibandingkan penutupan tanggal 6 Juni 2016).

  • JSMR (lanjutan, terkait di atas): Di bawah ini posisi Bid-Offer tanggal 10 Juni 2016, yang merupakan kebalikan dari posisi di atas (tipis pada Offer). Apa yang terjadi? Ternyata harga penutupannya jatuh -1,4% di harga 5275. Intinya, harga berpotensi jatuh pada posisi anomali seperti ini. Intinya, ketika susunan Bid-Offer tidak beraturan maka potensi jatuhnya lebih besar dibandingkan potensi naiknya.


  • BUMI (sebagai pelajaran, bukan rekomendasi beli): Di bawah ini posisi Bid-Offer tanggal 10 Juni 2016, menjelang penutupan Sesi Pertama. Bid-Offer mendadak sangat tebal dari pagi hari dan harga naik tajam, bahkan dengan penutupan AR kanan di harga 67 (+34%). Ke depan, bila ada Saham ISSI yang berposisi demikian. Jangan ragu untuk segera masuk (sebaiknya masuk pada saat market telah berlangsung minimal sekitar 1 jam atau lebih, untuk memastikan). Namun, bila Bid-Offer tersebut kembali menipis, seperti halnya JSMR di atas, atau tiba-tiba ada penjualan beruntun beberapa papan sekaligus, maka segera pertimbangkan untuk keluar. Cek pula grafik intraday pergerakan BUMI di atas. 
  • MPPA pada pagi hari 28 Juni 2016: Posisi semacam ini memang menunjukkan bahwa harga akan segera jatuh (baik sengaja jatuh atau dibiarkan jatuh). Tak berapa lama kemudian harga MPPA jatuh menjadi 1385 (-3,1%). Sehari sebelumnya MPPA mengalami tekanan jual pada saat penutupan yang menyebabkan harga Close-nya mendadak jatuh. Karena itu, pembeli tampaknya berasumsi bahwa akan ada penjualan berikutnya dalam jumlah besar. Sehingga Bid tidak dibuat tipis dan harga jatuh. Pada kenyataannya, ternyata kekuatan penjual jauh lebih lemah dari yang diperkirakan, sehingga MPPA kembali rebound pada hari itu dan menyentuh titik tertingginya di 1545 (+8%), dan ditutup di 1520 (+6,2%). Pada hari itu, admin melakukan take profit di harga 1420 dan kembali melakukan buyback di 1465 (selisih 3,1%). Pelajaran pentingnya:  
    • Jangan tergesa menjual untuk kasus sebagaimana di atas (pastikan terlebih dahulu bagaimana penutupan sebelumnya) kecuali apabila volume telah terbentuk dengan baik
    • Jangan ragu untuk buyback di harga lebih tinggi apabila sudah sesuai dengan konsekuensi sistem trading yang digunakan




Revisi Terakhir: April 23, 2017 






Posting Komentar

  1. Senang membacanya, penuh arti,,,,walapun kontennya panjang...

    BalasHapus

 
Top